Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Orang Bekerja Lambat?

The Importance of Thinking Fast and Slow

Ada banyak faktor ketika orang bertanya "Mengapa orang bekerja lambat?". Salah satunya adalah piramida kompetensi. Piramida ini terdiri dari:

Ilustrasi gambar suatu Piramida yang sedang dibangun oleh seseorang.
Klaus Vedfelt/Getty Images

  1. Kepiawaian Keahlian
  2. Pengalaman
  3. Pengetahuan

Dalam mengerjakan suatu tugas, 3 komponen utama inilah yang sangat krusial, berperan aktif maupun pasif dalam mendeterminasi berapa lama suatu tugas itu dapat diselesaikan. Misalnya saja: Mr. X  dan Ms. W sama-sama diberikan tugas yang sama. Tetapi karena Mr. X lebih menguasai 3 komponen utama di atas maka Mr. X relatif akan lebih cepat dalam mengerjakan tugas tersebut dibandingkan Ms. W yang masih sangat minim dari aspek multidimensi: Kepiawaian Keahlian, Pengalaman, dan Pengetahuan.

Ironis, bukan berarti jadi pesimis. Lalu bagaimana cara mengobati, mengakselerasi, serta meremediasi orang-orang yang bekerja lambat?

10,000-Hour Rule

Malcom Gladwell mengatakan: jika ingin menjadi ahli di suatu bidang kita harus iterasi, eksplorasi, dan mendalami bidang tersebut minimal 10 ribu jam lamanya. Pendekatan menjadi Early Specializer ataupun Late Specializer pada konteks dunia atlet masih bisa relevan dengan hukum 10 ribu jam. Hanya berbeda di garis mulainya saja. Namun garis akhir tetap sama, yakni mendiversifikasi serta mengakuisisi segala kepiawaian/keahlian/kecakapan dalam proses 10 ribu jam yang kita lalui dan dedikasikan. Berikut patokan rumus 4N menuju 10 ribu jam jika ingin hebat di suatu bidang:

  • Mode Nyantai: 10 tahun x 2.75 jam/hari = 10,000 jam
  • Mode Normal: 5 tahun x 5.5 jam/hari = 10,000 jam
  • Mode Ngebet: 3 tahun x 9.25 jam/hari = 10,000 jam
  • Mode Ngoyo: 2 tahun x 13.75 jam/hari = 10,000 jam

Internship/Apprenticeship

Si "serupa" tapi tak sama. Internship lebih ke program yang: formal, generic, dan berkiblat ke edukatif teoritis. Cocok sekali untuk anak-anak mahasiswa yang Universitasnya mempunyai akses serta terafiliasi dengan perusahaan-perusahaan pelaku industri entah itu skala usahanya: kecil, sedang, atau besar. Sedangkan Apprenticeship seperti halnya kita belajar langsung dari sang expert/praktisi, mendampingi beliau sebagai anak magang sekaligus mentee dari beliau. Pengalaman yang didapatkan lebih condong teknis dan praktis.

Growth Mindset

Pada abad ke-21 ini, ada banyak sekali kanal untuk mendapatkan pengetahuan. Entah itu secara formal ataupun informal. Free Open Course dari MIT, Harvard, Stanford serta Universitas top dunia lainnya juga sudah membuka aksesibilitas portal bagi publik untuk terekspos dengan gaya, budaya, serta cara mereka melakukan diskursus yang sangat membuka wawasan pengetahuan. Apapun itu caranya yang paling penting adalah fundamental pola pikir orangnya. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan konstan, saling menginspirasi, dan tidak pernah takut gagal ini adalah kunci orang-orang yang memiliki Growth Mindset.

Intinya jika kita ingin mempercepat kinerja kita sendiri atau orang lain maka investasilah dengan memupuk kiat-kiat diatas dari: menggosok Keahlian/Kepiawaian kita dengan 10,000-Hour Rule. Mendapatkan pengalaman dengan mengikuti program Internship/Apprenticeship. Memiliki pola pikir positif yang ingin selalu belajar dan berkembang yakni Growth Mindset.


Bangsa yang besar adalah bangsa yang terus belajar. Apabila kita kontekstualisasikan dengan kepentingan berbangsa dan bernegara: menurut PwC, Indonesia diprediksi menjadi negara dengan Ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045-2050 (Indonesia Emas). Lalu mengapa orang bekerja lambat?

Nature does not hurry, yet everything is accomplished.
- Lao Tzu